Sayangi Bumi Yuk, dengan Beralih ke Pembalut Kain

Dear readers,

Setelah lama vakum dari menulis blog, akhirnya saya putuskan untuk menulis sebuah post berbahasa Indonesia. Kenapa kok tumben bahasa Indonesia? Karena post kali ini bertujuan untuk mengajak para ladies di negeriku tercinta ini untuk peduli pada lingkungan.

Pembalut adalah kebutuhan pokok bagi para wanita. Ya, tentu saja, kan kita selalu kedatangan tamu bulanan yang kadang bahkan disertai kram perut maupun mood swing. Yang mau saya bahas di sini soal pembalutnya yah, bukan soal tamu bulanannya maupun pengiring-pengiringnya :)



Pembalut yang lumrah dipakai oleh para wanita saat ini adalah pembalut sekali pakai yang diisi dengan kapas dan dibatasi plastik di bagian bawahnya untuk mencegah "kebocoran". Tipe-tipenya juga banyak sekali, untuk day-night, ada yang tipis, ada yang tebal, ada yang pakai gel.. Aahh, banyak lah pokoknya. Tapi kesamaanya yaitu, sekali pakai - buang - beres. Praktis, cepat, mudah.

Tapi, sadar nggak, di balik kepraktisan, kecepatan, dan kemudahan yang ditawarkan oleh pembalut konvensional tersebut ada harga yang harus dibayar mahal. Tidak secara langsung kita rasakan, tapi bumi kita lah yang menanggungnya. Apakah itu? Ya, sampah. Sampah pembalut, sama seperti sampah popok bayi, belum memiliki cara penanganan yang baik. Sampah ini tidak mungkin didaur ulang karena alasan kehigienisan, sehingga sampah jenis ini bisa menumpuk di TPA. Padahal sampah pembalut yang terbuat dari plastik sangat sulit terurai, butuh waktu puluhan tahun sampai sampah ini bisa terurai sepenuhnya. Alternatifnya adalah dengan pembakaran, yang tentu saja kembali mencemari udara.

Kenyataannya, laju penggunaan pembalut jauh lebih tinggi dibanding kecepatan penguraian sampahnya. Bulan lalu saya iseng, menumpuk sampah pembalut selama menstruasi dalam sebuah kantong plastik besar. Saya ingin tau, seberapa banyak sih sampah yang saya hasilkan dari satu siklus menstruasi. Dan ternyata setelah periode menstruasi selesai, jumlah sampahnya sekitar satu kantong plastik medium (setengah dari kantong plastik besar yang saya gunakan).

Saya terhentak melihat ini. Umur saya sekarang 22 tahun lebih. Anggap lah saya sudah mengalami menstruasi selama 10 tahun, yang artinya sekitar 120 siklus menstruasi. Berarti selama ini saya sudah membuang 60 kantong plasti besar sampah pembalut. Wow! Itu baru saya seorang. Belum lagi wanita-wanita lainnya. Berapa banyak sampah yang kita, wanita, hasilkan kalau begitu? Saya merasa bersalah karena telah mencemari bumi dengan sekian banyak sampah yang sulit diurai.

Dari sana saya pun memutuskan untuk mencari alternatif lain dari penggunaan pembalut konvensional. Dan akhirnya saya ingat pernah mendengar tentang pembalut kain dari kakak ipar. Mulai lah saya browsing di internet untuk mencari penjualnya. Ternyata sudah lumayan banyak kok yang jual pembalut kain/ reusable menstrual pad. Hanya saja mungkin belum terlalu booming, sebab saya rasa pembalut konvensional yang sekali pakai masih tinggi peminatnya. Padahal pembalut kain yang saat ini dijual memiliki motif dan warna yang cukup menarik.

Pembalut kain yang dijual di pasaran
sumber : google.com

Alasan mengapa pembalut kain kurang begitu diminati mungkin karena harganya cukup mahal, ribet, juga jijik saat membersihkan. Ya, bagaimana tidak ribet, untuk membersihkan pembalut kain perlu direndam-diperas berkali-kali agar sisa darahnya berkurang, baru kemudian bisa dicuci seperti biasa. Proses ini yang menyebabkan banyak wanita merasa jijik, termasuk saya. Tapi, coba diingat kembali, wanita jaman dulu selalu menggunakan kain kok sebagai menstrual pad. Lalu kenapa kita tidak? Toh yang kita bersihkan itu darah kita sendiri, bukan?

Saat pertama kali menggunakan pembalut kain, saya masih takut, kan ini kain jadi kemungkinan "bocor" bisa lebih tinggi. Eh, ternyata tidak kok. Waktu pakainya sama saja seperti pembalut biasa. Kalau lagi "deres" di saya bisa tahan 6 jam lah. Kelebihannya, selama saya memakai pembalut kain rasanya jauh lebih nyaman dibanding pembalut sekali pakai. Oh ya, satu lagi yang paling penting, dulu saya sering iritasi ketika pakai pembalut sekali pakai. Tapi, begitu pakai pembalut kain, gak ada tuh yang namanya iritasi. Jadi benar-benar nyaman.

Soal harga, relatif yah.. Kalau menurut saya sih memang cukup mahal. Tapi kalau bisa dipakai berkali-kali, tetap worth it donk. Ibarat investasi juga. Selain itu melihat faktor kenyamanan yang jauh lebih baik, menurut saya sih lebih baik pilih pembalut kain. Sudah ramah lingkungan, nyaman, gak bikin iritasi pula. Keuntungannya jauh lebih banyak.

Oh ya, kalau ada yang ingin membuat menstrual pad sendiri, saya juga ada kok tutorial pembuatannya. Bisa dicek di sini.

Plus:
- super nyaman dan aman (gak takut bocor)
- gak ada lagi yang namanya iritasi
- mengurangi limbah --> ini alasan utamanya

Minus:
- ribet saat membersihkan
- harga lumayan mahal (tapi bisa dipakai terus menerus, sehingga ga perlu beli lagi. Minusnya ngurang deh)

Jadi, kenapa tidak beralih ke pembalut kain?
Ayo kurangi kontribusi limbah kita demi Ibu Bumi tercinta! Wariskan bumi yang indah dan hijau untuk anak cucu kita nanti.

With love,
Lynn

Quote from : Everyday Wisdom

Comments

Popular Posts